Selasa, 11 November 2014

Kehidupan Budaya di Jerman

Demi Kebenaran, Keindahan, Kebajikan - Kehidupan Budaya di Jerman

Negara pujangga dan pemikir. Goethe orang Jerman, begitu pula Bach dan Beethoven. Walau begitu tidak tampak adanya kompetensi kultural pada Jerman sebagai nasion berbudaya. Kebudayaan adalah urusan negara bagian, begitulah ketetapan dalam konstitusi. Mengapa urusan kebudayaan di Jerman merupakan hal yang tidak dapat atau tidak perlu ditangani oleh seluruh bangsa? Sejak era Kaisar Wilhelm pada akhir abad ke-19, kebudayaan Jerman sebagai ungkapan nasion Jerman sudah dicurigai sebagai keangkuhan. Musibah nasionalsosialisme kemudian mencetuskan orientasi baru yang dilaksanakan secara konsekuen. Seusai Perang Dunia II, orang menyadari bahwa Jerman hanya dapat kembali ke komunitas bangsa sedunia apabila dihindarinya kesan adanya semangat budaya nasional yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan hal itu juga, pada saat pendirian Republik Federal Jerman tahun 1949 orang mengingat tradisi federalistis dan menyerahkan kewenangan budaya kepada negara bagian. Baru sejak tahun 1999 terdapat menteri negara kebudayaan dan media pada Kekanseliran Federal. Sejak waktu itu ada satu dan lain urusan budaya yang kembali diang­gap sebagai hal yang menyangkut seluruh bangsa.

Bantuan untuk perfilman diatur kembali pada tingkat federal, Yayasan Budaya Federal pun didirikan. Berlin kian berkembang menjadi magnet bagi kelas kreatif dan tempat bercampur-baurnya aneka kebudayaan. Museum-museumnya mencerminkan seluruh sejarah umat manusia. Memorial Holocaust menguji kesanggupan bangsa Jerman untuk menghadapi sejarahnya. Secara mengesankan dibuktikannya bahwa politik ke­budayaan nasional telah menjadi kebutuhan pada abad ke-21. Di lain pihak, federalisme kebudayaan membangkitkan ambisi negara bagian. Politik kebudayaan memajukan lingkungan setempat. Contohnya daerah Ruhrgebiet di negara bagian Nord­rhein-Westfalen, yang dahulu dihuni oleh buruh tambang dan buruh pabrik baja. Sejak bertahun-tahun Ruhrgebiet mengubah wajahnya menjadi daerah budaya. Sebagai “Ibu Kota Budaya Eropa Ruhr 2010” diperlihatkannya, bagaimana lingkungan kreatif dapat membuka jalan ke masa depan.

Sastra – Jagat Raya Cerita

Jerman negara buku: Dengan hampir 95.000 judul buku baru dan cetakan ulang per tahun, Jerman termasuk negara besar penghasil buku di dunia. Pekan Raya Buku Internasional Frankfurt yang diselenggarakan setiap bulan Oktober tetap menjadi ajang pertemuan terbesar bagi penerbit internasional. Di samping itu Pekan Raya Buku lebih kecil yang dilaksanakan pada musim semi di Leipzig telah menjadi tenar sebagai pesta pembaca. Sejak reunifikasi Berlin menempatkan diri sebagai pusat sastra dan kota penerbit internasional (antara lain Suhrkamp-Verlag, Aufbau Verlag) yang menghasilkan sastra metropolitan yang memikat, yaitu sastra yang tidak ada lagi di Jerman sejak berakhirnya Republik Weimar.

Tak ada orang yang dapat memastikan bahwa buku-buku yang dibeli memang dibaca juga. Akan tetapi kegemaran membaca memang tidak berkurang, di zaman internet sekalipun. Publik berjubel untuk menghadiri festival seperti LitCologne di Köln, Poetenfest di Erlangen dan sejumlah festival lain. Biar begitu hanya sejumlah kecil pengarang yang karyanya mencapai tiras jutaan eksemplar di pasaran buku Jerman. Pada dasawarsa pertama abad ke-21, nama pengarang yang meraih sukses di dunia internasional menempati urutan pertama di daftar “bestseller”. Termasuk di antaranya Joanne K. Rowling, Dan Brown, Ken Follet dan Cornelia Funke, penulis buku anak-anak Jerman. Hanya satu dua di antara buku yang teksnya bernilai sastra berhasil menempati peringkat utama. Termasuk di antaranya, di samping buku laris karya Daniel Kehlmann “Die Vermessung der Welt” (Pengukuran Bumi - 2006), roman karangan Charlotte Roche “Feuchtgebiete” (Daerah Lembap - 2008) yang menimbulkan diskusi mengenai seksualitas dan citra peran perempuan. Terungkap oleh diskusi yang ramai itu, bahwa sastra tetap dapat membahas tema yang relevan bagi masyarakat umum, walaupun sifat temanya pribadi dan kurang berbau politik.

Sejak dilembagakannya Deutscher Buchpreis (Hadiah Perbukuan Jerman) untuk novel terbaik pada tahun 2005, yang mencontohkan Booker Prize di Inggris atau Prix Goncourt di Perancis, diperoleh sukses juga dalam memasarkan sastra bermutu di kalangan luas. Selain hadiah uang, pemenang Deutscher Buchpreis memperoleh juga tiras tinggi untuk karyanya serta perhatian media. Kisah keluarga karangan Julia Franck “Die Mittagsfrau” (Sang Perempuan Tengah Hari - 2007), epos mengenai keruntuhan RDJ setebal hampir seribu halaman tulisan Uwe Tellkamp “Der Turm” (Menara - 2008) dan roman berciri autobiografi oleh Kathrin Schmidt “Du stirbst nicht” (Kau Tak Akan Mati – 2009) termuat di daftar buku laris selama berbulan-bulan.

Walaupun beberapa sastrawan terkemuka dari masa pascaperang masih tetap berkarya, seperti penerima Hadiah Nobel untuk Sastra Günter Grass, dan juga Martin Walser, Hans Magnus Enzensberger dan Siegfried Lenz, namun buku baru mereka kurang memberi impuls dari segi bentuk bahasa. Setelah masa pascaperang dengan karya yang kaya akan inovasi estetis, dan sastra tahun 1970-an yang ditandai oleh analisis sosial serta oleh eksperimen kebahasaan dan bentuk, sekitar pergantian milenium dapat kita lihat gerakan kembali kepada bentuk cerita tradisional, kepada kisah yang diceritakan dengan kesederhanaan yang halus (Judith Hermann, Karen Duve). Di samping hasil seni bercerita muncul karya yang bereksperimen dengan bentuk (Katharina Hacker), tulisan para penyeberang batasan budaya yang bermain dengan aneka  bentuk sastra (Feridun Zaimoglu, Ilija Trojanow), atau kekuatan ekspresi yang tidak tersentuh oleh mode apapun dari Herta Müller asal Rumania. Setelah dianugerahi Hadiah Nobel untuk Sastra 2009, karyanya diperhatikan juga di luar kalangan pencinta sastra.

Pada waktu yang sama batas yang dahulu ditarik antara sastra tinggi dan buku fiksi bersifat hiburan semakin kabur. Pada pengarang muda dan setengah baya jarang ditemukan sikap bercampur tangan dalam urusan politik atau moral. Namun dalam apa yang kelihatan seperti gerak mundur ke dalam urusan pribadi justru dibahas tema-tema yang sejak dahulu kala diutamakan oleh sastra: Bagaimana cara perorangan menghadapi tuntutan dan tantangan oleh masyarakat? Bagaimana dampak keadaan ekonomi yang mendominasi dunia bagi individu? Dilihat dari sudut ini, hal pribadi dalam sastra kontemporer tak terlepas dari urusan politik juga.

Teater – Ragam Seni yang Senantiasa Diciptakan Kembali

Di mancanegara dunia teater Jerman tidak jarang dicap sebagai ribut dan dilanda narsisme. Akan tetapi di belakangnya terdapat sistem yang sering dikagumi. Kota madya pun memiliki gedung pertunjukan untuk ketiga jenis seni panggung (sandiwara, opera, balet) yang menarik dari segi artistik. Sebagian besar di antaranya tergolong tipe teater repertoar, berarti daftar pertunjukannya mencakup beberapa karya pentas yang biasanya dibawakan oleh ansambel tetap. Secara keseluruhan terbentuk semacam panorama teater, sebuah jaringan rapat yang terdiri dari teater milik negara bagian dan kota, teater keliling dan teater swasta. Sumbangan masyarakat Jerman bagi teater cukup besar: bentuknya gagasan, perhatian dan subsidi. Banyak orang menganggap panggung-panggung sebagai hal mewah, mengi­ngat pendapatan teater dari karcis masuk pada umumnya hanya mencapai sepuluh atau lima belas persen dari pengeluarannya. Akan tetapi sistem subsidi telah melewati titik kulminasi dalam perkembangannya dan sedang berada dalam tahap yang sulit, karena seni suka diukur dengan prasyarat materinya.

Peter Stein, tokoh unik dalam teater Jerman, adalah “sutradara kelas dunia” yang berbeda dari pengarah pementasan lain dengan menciptakan karya yang dapat dikenali melalui kontinuitas pengulangan motif, tema dan pengarang. Gaya pe­nyutradaraannya mengutamakan teks. Antara angkatan seniman yang berteater sekarang dan tokoh seperti Peter Stein, Claus Peymann, direktur artistik Berliner Ensemble, atau Peter Zadek († 2009) terbentang jarak yang jauh. Perbendaharaan kata yang dipakai generasi mereka itu tidak cocok lagi untuk teater kontemporer. Pengertian seperti mencerahkan, mengajari, menelanjangi atau bercampur tangan berkesan usang. Penonton pun tak dapat dikagetkan lagi, provokasi di atas panggung biasanya berlalu tanpa sahutan dan sering tidak lebih daripada serangan terhadap klise usang yang dilancarkan dengan rutinitas. Teater angkatan muda tidak lagi mau menjadi “avant-garde”, melainkan mencari bentuk ekspresi tersendiri. Berkenaan dengan tren ini jumlah pertunjukan perdana karya dramawan kontemporer meningkat secara tajam sesudah pergantian abad. Terlepas dari mutunya yang sangat bervariasi, pementasan tersebut menunjukkan seluruh kebinekaan bentuk seni pertunjukan; drama tradisional bercampur dengan pantomim, tari, proyeksi cuplikan film dan musik menjadi paduan yang selalu baru. Tidak mengherankan kalau pementasan yang gayanya sering terbuka dan bersifat improvisasi itu umumnya disebut “instalasi dramatis” atau “adaptasi untuk panggung”.

Frank Castorf, kepala teater Freie Volksbühne Berlin, yang membiarkan teks sandiwara diutak-atik dan disusun kembali sesukanya menjadi salah seorang yang diteladani oleh generasi muda sutradara itu. Nama Christoph Marthaler dan Christoph Schlingensief juga menandai pandangan baru mengenai seni panggung dan pencarian kemungkinan ekspresi baru yang sesuai dengan globalisasi kapitalisme dan kehidupan yang didominasi oleh media elektronis. Michael Thalheimer diang­gap sebagai ahli untuk tema yang sulit yang mengupas perso­alan dengan melihat intinya. Armin Petras, Martin Kusej atau René Pollesch telah menciptakan bentuk pementasan yang meng­utamakan gaya: cara bercerita tradisional dengan berpegang pada teks terasa agak asing bagi mereka. Terhadap sikap itu selalu diutarakan kritik, kritik yang seolah-olah membuktikan bahwa dunia teater penuh hidup, biarpun tidak sejiwa.

Teater sanggup bereksistensi terus meskipun ada penghancur karya drama seperti Frank Castorf, dan pada waktu yang sama dapat disorakinya interpretasi kesutradaraan teliti yang mengutamakan kesanggupan para aktor. Kebinekaan yang diperagakan setiap tahun oleh Pertemuan Teater Berlin dapat ditafsirkan di satu pihak sebagai ungkapan rasa bingung yang bertambah kuat, namun di lain pihak sebagai tanggapan de­ngan beraneka suara atas persoalan yang muncul dalam realitas masyarakat yang serba kompleks. Publik yang berperhatian
penuh akan memperoleh manfaat dari kebinekaan tersebut yang selalu memberi kunci baru untuk memahami teks yang seolah-olah sudah dikenal. Terserah apakah kebinekaan itu membingungkan, menjengkelkan atau menghibur kita, selalu diciptakannya gambaran baru mengenai hidup kita.

Musik – Spektrum Gaya yang Penuh Hidup

Nama baik Jerman sebagai negara musik yang penting tetap terkait dengan nama penggubah seperti Bach, Beethoven, Brahms, Händel dan Richard Strauss. Mahasiswa datang dari seluruh dunia untuk belajar di perguruan tinggi musik, pencinta musik mengunjungi festival-festival – dari Festival Wagner di Bayreuth sampai Donaueschinger Musik­tage untuk musik kontemporer. Di Jerman terdapat
80 teater musik yang dibiayai oleh dana publik, yang terkemuka di antaranya gedung opera di Hamburg, Berlin, Dresden dan München serta di Frankfurt am Main, Stuttgart dan Leipzig. Orkes Fil­harmoni Berlin pimpinan dirigen Inggris terkenal Sir Simon Rattle dianggap sebagai yang terbaik di antara sekitar 130 orkes di Jerman. Kelompok “Ensemble Modern” di Frankfurt memajukan produksi musik kontemporer dengan mementaskan sekitar 70 karya baru per tahun, di antaranya 20 pagelaran perdana. Di samping dirigen yang dikenal di dunia internasional seperti Kurt Masur atau Christoph Eschenbach ada pemimpin orkes yang menonjol di generasi lebih muda, yaitu Ingo Metzmacher dan Christian Thielemann. Penyanyi dan pemain instrumen yang tergolong paling baik di dunia adalah Waltraud Meier, soprano, Thomas Quasthoff, bariton, dan pemain klarinet Sabine Meyer. Pemain biola Anne-Sophie Mutter tampil di muka publik yang sangat besar dan yang tidak selalu menikmati musik klasik saja. Violinis inilah yang menjadi bintang Jerman di dunia musik.

Sejak pertengahan abad ke-20, perkembangan musik kontemporer di dunia ikut ditentukan oleh pelopor-pelopor musik elektronis seperti Karlheinz Stockhausen († 2007) dan antipodenya yang mempertahankan tradisi, komponis opera Hans Werner Henze. Dewasa ini musik kontemporer memadukan beberapa gaya: Heiner Goebbels menghubungkan musik dengan teater, Helmut Lachenmann menelusuri kemungkinan ekspresi instrumen sampai ke batas ekstrem. Wolfgang Rihm menunjukkan kemungkinan perkembangan ke arah musik yang lebih mudah dipahami.

Di sisi lain spektrum musik ada penyanyi pop Herbert Grönemeyer yang tahu semangat zaman dan suasana hati peng­gemarnya. Sejak bertahun-tahun diraihnya sukses dengan lagu-lagu berbahasa Jerman. Grup musik punkrock “Die Toten Hosen”, formasi heavy metal “Rammstein” dan grup remaja “Tokio Hotel” juga tergolong kategori superstar Jerman. Selama beberapa tahun terakhir ini, seniman seperti penyanyi Xavier Naidoo (“Söhne Mannheims”) berhasil dengan mengacu pada gaya soul dan rap Amerika Serikat. Khususnya sebagai pembawa jenis musik ini ditemukan banyak pemusik muda yang berasal dari keluarga migran dan yang berhasil menjadi bintang, di antaranya Laith Al-Deen, Bushido, Cassandra Steen dan Adel Tawil. Sukses grup musik “Wir sind Helden” dari Berlin akhir-akhir ini menimbulkan gelombang pendirian grup musik Jerman muda. Pendirian “Akademi Pop” di Mannheim memperlihatkan kemauan politik untuk meningkatkan daya saing musik pop Jerman.

Dalam hal klub musik pun Jerman dapat membang­gakan banyak lokasi tenar, terutama di kota besar seperti Berlin, Köln, Frankfurt am Main, Stuttgart dan Mannheim. De­ngan adanya tren disko pada tahun 1970-an, rap/hiphop tahun 1980-an dan gaya techno tahun 1990-an, para DJ beremansipasi menjadi seniman nada dan produsen. Melalui teknik scratching, sampling, remix dan pemakaian komputer, piringan hitam berubah menjadi bahan baku untuk metamusik yang dapat diubah sesuka hati. Dua mahabintang klub musik pun datang dari Jerman, yaitu Sven Väth yang dijuluki “Godfather of Techno” dan Paul van Dyk.

Tugas Softskill II

Hai guys Cuma mau kasih info aja nih tentang teknologi yang lagi rame-ramenya di bahas semua orang :D
Setelah melucurkan iPhone 5 dan iPhone 5s kini Apple resmi meluncurkan iPhone 6 dan iPhone 6 plus  Pada tanggal 10 september 2014 bertempatan di Flint center, Tim Cook secara resmi membuka acara Apple dengan memperkenalkan iPhone 6 an iPhone 6 plus.
Disini saya akan memberitau tentang perbedaan iPhone 6 dan iPhone plus.
Sebelum membahas tentang perbaaan iPhone 6 dan iPhone 6 plus, mau kasih info sedikit tentang perbadaan iPhone 5S dengan iPhone 6.
Perbedaannya cekidoot :D
Dari desain iPhone 6 : Curved alumunium, bodi 6.8 milimeter, NFC.
Sedangkan iPhone 5s : alumunium, ketipisan 7,6 milimeter.
Soal desain memang gak ada yg berubah, tapi iPhone6 lebih memanjang dengan ukuran 4,7 inch sedagkan iPhone 5s di 4 inch. Tapi khas Apple ya masih enak di genggam :D
Nah sekarang kita lanjut bahas tentang perbadaan iPhone 6 dan iPhone plus.
Cekidooott …
Ini perbedaan yang paling trlihat jelas, iPhone 6 dibuat dengan ukuran layar 47inci sedangka iPhone 6 plus 5,5 inci. *lumayan besar :O*
Meski lebih besar iPhone 6 plus masih sedikit lebih kecil dari persaingan, galaxy note 4 yg berukuran 5,7 *Cuma beda sedikit*
Perbadaan selanjutnya Resolusi layar dan Kamera selain soal ukuran, kedua ponsel ini dibuat dengan ketajaman layar yang berbeda. iPhone 6 plus lebih tangguh dengan resolusi 1.920 x 1.080 dengan kepadatan 401 piksel perinci yaa beda tipis lah dari iPhone 6 dengan 1,334 x 750 dengan kepadatan 326 pksel per inci.
Perbedaan terakhir yaitu tebal dan berat
Dengan ketebalan 0,28 inci (7,1 milimeter) iPhone 6 plus hanya sedikit tebal dari iPhone 6 dengan ukuran 0,27 inci (6,8 milimeter). Soal berat juga tidak terlalu jauh iPhone 6 plus memiliki berat 6,07 ons sedangkan iPhone 6 seberat 4,55 ons.
Sekian info dari saya tentang perbedaan iPhone 6 dan iPhone 6 plus ,semoga bisa mendapatkan salah satunya .amiiiinnn :D

Jumat, 25 April 2014

PENYEMANGAT MASA DEPAN

Hai semua kerabat !! saya harap semua ceria :D . kali ini saya akan membuatkan puisi untuk kalian , puisi ini beralur tentang penyemangat masa depan yang tak berhujuung pupus oleh sebuah harapan atau mimpi. Yuk langsung saja kita lihat!!!

Mata yang selalu melihat
tangan yang selalu memberi
bibir yang selalu berucap
dan hati yang selalu merasakan

akankah hidup ini lebih berarti
mengungkap semua arti mimpi
dalam nya lautan tak sebanding harapan
tetap semangat menanti masa depan

majulah dalam pekatnya malam
benteng kemalasan bukanlah alasan
lihatlah masa depan
tak ragu dalam mengambil keputusan

bergegas lah dan bulatkan tekat
percayalah kita bisa
bercermin lah pada diri
yakinlah ini saat nya ! 

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DENGAN SASTRA

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA DENGAN SASTRA


Sedikit penjelasan dari saya mengenai Ilmu Budaya Dasar.Ilmu Budaya Dasar dikenal sebagai Basic Humanities, berasal dari bahasa latin yang di sebut dengan “humanus”, yang memiliki arti manusiawi, berbudaya, dan halus. Pada umumnya, humanities mencakup filsafat, teologi, seni, dan cabang-cabangnya (sejarah, sastra, dll), maka dari itu humanities menjadi ilmu kemanusiaan dan kebudayaan.

Sastra penting dalam humanities karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan yang normative, dan bukan sebgai formulasi nilai-nilai kemanusiaan.
Namun, disamping itu sastra memilki peranan yang jauh lebih penting karena sastra menggunakan bahasa. Sementara bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia untuk memahami dirinya sendiri yang akhirnya melahirkan filsafat untuk memahami alam semesta dan akhirnya menciptakan ilmu pengetahuan.

Telah di setujui oleh para ahli di seluruh dunia bahwa bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia secara genetis. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan manusia dalam membentuk lambang atau pun memberi nama guna menandai setiap kenyataan, sedangkan binatang dan tumbuhan tidak mampu melakukan hal itu semua. Bahasa hidup dalam suatu masyarakat dan dipergunakan oleh warganya untuk berkomunikasi. Hal ini membuat kelangsungan hidup suatu bahasa  tergantung oleh dinamika kehidupan budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, budaya yang ada di sekeliling bahasa tersebut akan ikut menentukan wajah dari suatu bahasa.

Bahasa, yang dalam bahasa Inggris adalah language, memiliki definisi – definisi tersendiri bagi para ahli, yakni :

1. Sturtevent : bahasa adalah system lambang sewenang  – wenang, berupa bunyi yang digunakan oleh anggota-anggota suatu kelompok social untuk kerjasama dan saling berhubungan

2. Keraf : bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat , berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Masih banyak lagi sebenarnya pengertian tentang bahasa yang diteliti oleh para ahli bahasa. Setiap bahasan yang ada pada umumnya memiliki kesamaan yang  pada konsepnya meskipun terdapat perbedaan pada penekanannya. Namun, menurut beberapa ilmuwan seperti Linda Thomas dan Shan Wareing dalam buku “Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan”, salah satu cara dalam menelaah bahasa adalah dengan memandangnya sebagai salah satu cara yang sistematis untuk menggabungkan unit-unit kecil menjadi lebih besar dengan tujuan komunikasi. contohnya adalah penggabungan antara bunyi bahasa (fonem) menjadi kata (butir leksikal) sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita gunakan. Butir-butir leksikal ini kemudian di gabungkan kembali untuk membuat struktur tata bahasa, sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam bahasa.

Selain memiliki hubungan dengan bahasa, budaya juga memiliki hubungan dengan prosa. Prosa, yang termasuk dalam sastra, terkadang disebut-sebut sebagai narrative fiction, prose fiction, atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia, sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan di definisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusastraan, kita mengenal prosa lama dan baru, yakni :

A. Contoh-contoh prosa lama:
a. Dongeng
b. Hikayat
c. Sejarah
d. Epos
e. Cerita pelipur lara

B. Prosa baru meliputi:
a. Cerita pendek
b. Roman
c. Biografi
d. Kisah
e. Otobiografi

Dalam keberadaanya, prosa memiliki beberapa nilai-niali yang dapat diperoleh, yakni :
-    Prosa fiksi dapat memberikan kesenangan atau memberikan hiburan bagi pembacanya, dapat
      mengembangkan imajinasi dalam mengenal karakter tokoh ataupun daerah 
-    Prosa fiksi dapat memberikan informasi yang belum tentu terdapat pada ensiklopedia.
-    Prosa fiksi memberikan nilai-nilai kultural atau kebudayaan

Kesimpulan :
Berdasarkan informasi-informasi yang ada, budaya dengan sastra adalah hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena memiliki ketergantungan satu sama lain. Sebagai contoh, ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan cara berpikir manusia atau penutur bahasa. Intinya bahasa (sastra) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka bahasa (sastra) adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsunganya suatu interaksi.

Jumat, 28 Maret 2014

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN BERBUDAYA

~Manusia Sebagai Makhluk Sosial~

Manusia selain sebagai makhluk individu, juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga terciptalah sebuah kehidupan yang damai. Menurut Aristoteles, makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan sanggup hidup sendiri karena antara satu manusia dengan manusia yang lain saling bergantungan atau saling membutuhkan. Dalam struktur sosial, salah satu bagian yang sangat penting adalah sistem kekerabatan. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Sistem kekerabatan inilah yang menjadi awal dari tumbuhnya budaya.
    
~Manusia Sebagai Makhluk Yang Berbudaya~

Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial yang berbudaya, manusia hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain haruslah didasari dengan budi dan akal yang dimiliki. Aspek ini turut menentukan perilaku komunikatif diantara keduanya. Manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.

Kesimpulan : Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya tidak dapat hidup sendiri yaitu karena Manusia sebagai makhluk social dan berbudaya saling membutuhkan satu sama lainnya. Saling bersosialisasi antara satu sama lainnya, setiap tindakan yang kita lakukan memiliki aturan-aturan yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman hidup bersama. Dalam kehidupan social maka di butuh kan hidup berkelompok agar dapat memecahkan suatu pendapat yang berbeda-beda dalam kehidupan sehari-hari. 

Kamis, 20 Maret 2014

HUBUNGAN ILMU BUDAYA DASAR DENGAN SISTEM INFORMASI

Hey kawan-kawan, Saya harap hari ini anda dalam keadaan sehat dan ceria. Yaps langsung saja !! Materi yang akan dibahas kali ini adalah tentang “hubungan ilmu budaya dasar dengan sistem informasi”. Sistem informasi adalah jurusan yang diambil oleh penulis, jadi pembaca yang mengambil jurusan yang sama seperti yang penulis ambil dapat mengerti apa hubungan dari sistem informasi dan ilmu budaya dasar. Dalam pengerjaan tulisan ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan atau kesalahan yang terjadi,jadi penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, terima kasih.
Kita pasti melakukan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, dari informasi yang orang dapat akan berpengaruh dalam kehidupan masing-masing orang. Saat orang saling berkomunikasi, pasti ada informasi yang dapat diterima, ada juga informasi yang tidak dapat diterima, Biasanya dalam keadaan seseorang dapat menerima informasi yang dianggap baik dan benar, karena penyampaian yang baik saat berkomunikasi. Seseorang akan mengaplikasikan kehidupannya dengan informasi yang telah diterima orang tersebut. Orang akan terpengaruh oleh informasi yang telah dia dapat. Dalam penyampaiannya juga membutuhkan etika dan budaya agar seseorang dapat menerima apa yang disampaikan dengan baik. Informasi tidak hanya diaplikasikan pada cara masyarakat berkomunikasi saja. Tetapi, juga cara kita mendapatkan berita dari berbagai sumber. internet adalah alat pemberi informasi tercepat, akurat, dan mudah untuk di akses di semua kalangan. Kita tahu undang-undang dibuat untuk membatasi kelakuan manusia, agar tidak keluar jalur. UU-ITE misalnya, ini menunjukan bahwa etika dan budaya perlu ada dalam menerima atau penyampaian di dunia maya. Hal ini penting, karena untuk membentuk pola pikir masyarakat yang sehat dan logis.
Selain itu masing – masing dari ilmu ini, satu sama lain juga saling memiliki manfaat bagi kehidupan kita.Manusia pun akan selalu semakin berkembang bila ia mampu mendapatkan informasi yang sebanyak mungkin ia dapatkan. Selanjutnya informasi yang telah didapat tadi oleh manusia tersebut pada akhirnya bisa merubah cara berfikir, pergaulan, wawasan, kebiasaan, dan bisa merubah pandangan dari niai-nilai yang telah berlaku di masyarakat sekitarnya.
Sistem
Di materi sebelumnya penulis sudah membahas tentang definisi dari sistem,dan definisi dari sistem itu sendiri adalah kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Informasi
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang. Di era globalisasi ini, cara untuk menyampaikn suatu informasi bisa dilakukan melaui berbagai media elektronik secara online. Untuk melakukan pencarian suatu informasi dapat dicari dengan mudah dan cepat saat ini.

Sistem Informasi
Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. Sistem Informasi Penjualan adalah suatu sistem informasi yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan dan memperoleh informasi guna mendukung pengambilan keputusan mengenai penjualan.

Ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang dapat di pahami, di mengerti, serta dapat di terapkan. Ilmu pengetahuan tercipta karena adanya kebutuhan manusia untuk menguasai alam semesta dalam rangka mempertahankan kehidupannya.
Sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia, ilmu pengetahuan pun berkembang dengan sangat pesatnya. Penguasaan terhadap alam semesta itu dilakukan dengan tidak merusak tatanan alam itu sendiri. Kerusakan terhadap tatanan alam akan berdampak pada kehidupan umat manusia. Agar penguasaan alam semesta tidak bertampak pada perusakan, maka penguasaan terhadap ilmu pengetahuan perlu dibaringi dengan norma dan etika.

Budaya 
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993).Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar.Bisa di ambil kesimupulan bahwa budaya adalah sesuatu perilaku dari sekelompok masyarakat yang menjadi suatu tradisi atau kebiasaan yang dilakuukkan secara turun temurun dari sekelompok masyarakat dan itu menjadi ciri khas dari kelompok mereka.

Pengertian Dasar
Dasar adalah suatu awalan atau permulaan dari semuannya, ilmu dasar berarti ilmu yang di pelajari adalah awal dari sebuah pelajaran dan pelajaran itu akan berkembang yang disebut pengembangan dasar.

Ilmu Budaya Dasar :
Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah – masalah manusia dan kebudayaan. Istilah Ilmu Budaya Dasar dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang aslinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Pengetahuan budaya mempunyai tujuan yaitu, untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Maksud dari tujuan di atas yaitu, kita sebagai manusia harus saling mengerti dan menghormati setiap kebudayaan yang ada dan yang dijalankan oleh masing – masing masyarakat yang memiliki budayanya sendiri.Adanya budaya sangatlah penting dalam menjalankan hidup ini dan merupakan salah satu faktor penunjang dalam berorganisasi. Karena, budaya juga bisa diartikan sebagai sikap atau etika yang pasti dimiliki oleh semua orang. Mengerti budaya, pasti mengerti juga tentang perlunya beretika sopan pada siapapun, dimanapun, kapanpun, dan apapun dalam menghadapi persoalan yang ada. Jadi, adanya budaya sangatlah membantu kita untuk membangun cara berpikir kita dalam beretika kepada setiap orang.
Informasi dengan Ilmu :
Pengaksesan informasi secara online sangat bermanfaat bagi IPTEK. Dalam IPTEK internet menjadi kebutuhan sehari-harinya. Karena melalui internet maka orang bisa mengetahui ilmu pengetahuan yang kita tidak ketahui menjadi tahu. Kemudian manfaat yang lainnya internet bagi IPTEK, yaitu mempelajari teknologi-teknologi yang berkembang saat ini. Dan juga bisa membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang tugasnya membuat laporan-laporan lainnya. Seperti laporan makalah ekonomi, biologi, kimia, fisika, dan lain-lain. Kalau kita hanya berpatokan dengan buku saja maka kita akan mengalami kerepotan dalam mencarinya. Bukan hanya makalah, laporan penelitian juga bisa seperti jurnal yang hanya bisa didapatkan di internet.
Tapi di tiap sekolah di Indonesia khususnya sekolah negeri, pemerintah sudah memasang computer di tiap sekolah plus internet. Agar siswa dan siswi Indonesia tidak menjadi bodoh dalam menggunakan computer dan internetnya. Tapi internet tidak selalu menguntungkan ada juga kerugiannya seperti adanya situs-situs yang tidak wajar untuk ditampilkan di depan public. Kesemua itu dilakukan oleh manusia hanya untuk mencari sensasi. Tapi manusia tidak tau apa yang akan terjadi jikalau anak-anak yang melihatnya. Mereka bisa terpengaruh dan juga bisa menirunya jika mereka suka.
Internet tidak selalu menguntungkan ada juga sisi negativenya. Tapi kalau untuk mencari berita-berita atau informasi penting itu sangat berguna sekali. Internet merupakan sarana pendidikan untuk menambah wawasan. IPTEK di Indonesia cukup bagus. Dimana pendidiknya profesional dan berpengalaman. Kesemua itu dilakukan agar Indonesia tidak lagi menjadi negara terbelakang dalam hal pendidikan. Faktor yang menghambat pendidikan di Indonesia adalah kurangnya modal untuk mendirikan dan menyekolahkan orang-orang yang kurang mampu.
Sebelum adanya Internet, masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan di seluruh dunia adalah akses kepada sumber informasi. Perpustakaan yang konvensional merupakan sumber informasi yang sayangnya tidak murah. Buku-buku dan journal harus dibeli dengan harga mahal. Pengelolaan yang baik juga tidak mudah. Sehingga akibatnya banyak tempat di berbagai lokasi di dunia yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Adanya Internet memungkinkan mengakses kepada sumber informasi yang mulai tersedia banyak. Dengan kata lain, masalah akses semestinya bukan menjadi masalah lagi.
Tetapi di Indonesia, belum semua pendidikan menggunakan internet. Ada beberapa alasan mengapa di Indonesia belum semua pendidikan menggunakan internet, faktornya adalah :
  • Kurangnya penguasaan bahasa Inggris. Suka atau tidak suka, sebagian besar informasi di Internet tersedia dalam bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu keunggulan (advantage).
  • Kurangnya sumber informasi dalam bahasa Indonesia. Kita sadari bahwa tidak semua orang Indonesia akan belajar bahasa Inggris. Untuk itu sumber informasi dalam bahasa Indonesia harus tersedia. Saat ini belum banyak sumber informasi pendidikan yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Konsep berbagi (sharring), misalnya dengan membuat materi-materi pendidikan di Internet, belum merasuk. Inisiatif langka seperti ini sudah ada namun masih kurang banyak.
  • Akses Internet masih mahal. Meskipun sudah tersedia, akses ke Internet masih mahal. Namun hal ini diharapkan akan menjadi lebih murah di masa yang akan datang. Diharapkan akselerasi penurunan harga menjadi fokus utama dari Pemerintah. Mekanisme lain adalah adanya subsidi dari pemerintah untuk institusi pendidikan.

Akses Internet masih susah diperoleh. Beberapa daerah di Indonesia masih belum memiliki jalur telepon yang dapat digunakan untuk mengakses Internet.
Selain dari dampak positif, internet juga berdampak negatif bagi para pelajar. Pengguna internet terbesar saat ini adalah para pelajar SLTP diikuti oleh pelajar SLTA dan kalangan mahasiswa justru menempati urutan ketiga (kecuali di warnet yang berdekatan dengan kampus). Dalam sebuah survey, para pelajar SLTP, SLTA dan SD sebagian besar menggunakan internet untuk bermain game dan chatting. Dan rata-rata mereka rela menghabiskan waktu 3-5 jam/ hari dengan mengeluarkan uang Rp.7000 – Rp.30.000/hari untuk bermain internet. Memang tidak semua pelajar hanya menggunakan internet untuk bermain game dan chatting. Memang diantara mereka juga menggunakan internet untuk sarana mencari pengetahuan, namun yang melakukan hal itu jumlahnya tidaklah banyak.
Game dan chatting bisa membawa effect kecanduan. Dan apabila sudah kecanduan tentu effect sampingnya akan membuat anak menjadi malas belajar, malas mengaji dan setiap ada kesempatan selalu berusaha untuk bermain game dan chatting. Dampak negatif bermain game hampir sama dengan dampak permainan Play Station dimana seseorang yang sudah kecanduan akan betah seharian bermain dan bahkan lupa makan, lupa minum dan lupa kalau hari esok masih ada.
Begitu juga dengan chatting, para pelajar yang melakukan kegiatan ini menganggap waktu 5 jam sama dengan 10 menit. Dan mereka cenderung memanfaatkan chatting untuk sekedar ngobrol kesana-kemari dengan teman kencannya di internet dan bahkan tidak menutup kemungkinan juga mengarah kepada pembicaraan yang porno. Effect permainan game dan chatting ini justru lebih berbahaya dari kekhawatiran kita sekitar 5 tahun lalu tentang maraknya situs-situs porno. Karena berdasarkan pengamatan, ternyata situs porno hanya berefek pada euforia dan dalam waktu singkat mereka sudah akan bosan. Namun effect game dan chatting adalah effect candu yang bisa membuat penggunanya menjadi ketagihan dan ini yang sangat berbahaya bagi dunia pendidikan kita. Beberapa kejadian di Indonesia menunjukan ada kasus perkosaan oleh teman chatting, penipuan oleh teman chatting
Informasi dengan Budaya :
Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang datang dari seluruh penjuru dunia. Begitulah, misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku. Terutama masalah pornografi, dimanasekarang wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim, kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim mengumbar aurat. Di mana budaya itu sangat bertentangan dengan norma yang ada di Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini. Pengaruh informasi terhadap budaya ini memang menyebabkan pengaruh yang paling parah. Kalau di negara Indonesia ini hamper semua masyarakatnya telah mengikuti budaya yang seperti di Amerika dan Eropa, pasti akan ada perpecahan dari dalam negeri ini, akan ada pertentangan yang mungkin akan berdampak buruk bila orang yang mengikuti gaya Eropa dan Amerika itu melawan. Karena kalau mereka melawan, mereka akan berfikir negara Indonesia ini seperti negara luar yang bebas. Jadi mereka akan melakukan tindakan yang bebas sesuka hati mereka untuk mempertahankan gaya yang ditiru oleh mereka.
Kehidupan sosial masyarakat juga ikut berdampak akibat perkembangan informasi tersebut, terutama pada perkembangan internet. Dampak dari pengaruh tersebut adalah kurangnya sikap gotong-royong dari masyarakat, individualisme terlihat pada masyarakat kota. Hubungan sosial yang terjalin di masyarakat kita bisa hanya dengan menggunakan via hand phone atau via email. Memang cara seperti itu praktis, cepat dan mudah. Tapi tanpa sadar mereka tidak dapat bersilaturahmi secara langsung.
Pengaruh positif dari informasi yang berkembang di dunia bagi budaya yaitu pengetahuan budaya. Indonesia yang belakangan ini budayanya yang dimiliki sering diakui atau diklaim oleh negara lain kini seluruh dunia dapat melihat dan mengenal bagaimana kebudayaan di Indonesia, sehingga seluruh dunia dapat tau bagaimana isi di setiap masing-masing negara, sebenarnya selain memamerkan bdayanya, Indonesia juga harus memberikan hak paten terhadap budaya-budayanya agar tidak di curi lagi oleh negara lain kalau Indonesia sudah mengukuhkannya. Jadi mudah-mudahan tidak akan ada lagi pengakuan dari Negara-negara lain terhadap kebudayaan bangsa Indonesia.
Sistem dengan Budaya :
Di atas telah dikatakan sistem adalah kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Dan budaya adalah sesuatu perilaku dari sekelompok masyarakat yang menjadi suatu tradisi atau kebiasaan yang dilakuukkan secara turun temurun dari sekelompok masyarakat dan itu menjadi ciri khas dari kelompok mereka. Menurut saya hubungan antara sistem dan budaya adalah dalam hal penggerak dan kesatuan bagian yang saling berhubungan . Budaya di Indonesia pasti ada penggerak atau yang malukukan kegiatan kebudayaan tersebut, yaitu masyarakat Indonesia itu sendiri. Indonesia memiliki banyak ragam suku-suku sehinngga budaya yang ada di Indonesia bermacam-macam. Walaupun berbeda-beda suku dan budaya, Indonesia memiliki ‘binika tunggal ika’ yang artinya walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua. Jadi suatu sistem yang menghubungkan budaya di Indonesia adalah sebuah negara Indonesia yang dipimpin seseorang Presiden. Presiden mengatur pergerakan sistem di Indonesia agar perdamaian selalu terjalin di sini.
Manusia dan informasi.
Dalam kesehariannya manusia tidak dapat terlepas informasi-informasi yang ada disekitarnya. Mengapa demikian? Karena manusia memiliki panca indera yang berfungsi menerima setiap informasi bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap input yang masuk kedalam panca indera kita dapat menjadi sebuah informasi, entah itu menjadi informasi yang bermanfaat ataupun tidak. Dan bila manusia itu sendiri merasa bahwa informasi itu sangat penting bagi dirinnya maka akan timbul perasaan keingintahuan dan penasaran untuk mendapatkan informasi tersebut sebanyak-banyaknya.
Banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi yang berguna bagi manusia. Misalkan didalam sebuah keluarga, seorang Ayah membaca Koran di pagi hari untuk mendapatkan informasi berita atau peristiwa kejadian yang telah terjadi, melihat harga penjualan suatu barang, mencari informasi lowongan pekerjaan. Sang Ibu membaca majalah atau tabloid untuk mendapatkan informasi bagaimana cara mengurus si buah hati yang masih bayi, mendapatkan resep-resep makanan yang bervariasi, serta tips-tips menjaga rumah tangga yang harmoni. Begitupun sang anak yang mendapatkan informasi dari tayangan televisi, teman bermainnya, buku-buku cerita maupun pelajaran, serta internet yang sekarang sudah dapat diakses dibanyak tempat.
Selain manusia membutuhkan informasi bagi dirinya, manusia sebagai makhluk sosial perlu memberikan informasi pula bagi orang lain. Memberikan informasi kepada orang lain diperlukan karena manusia saling terkait antara yang satu dengannya lainnya dalam rangka saling memenuhi kebutuhannya masing-masing.Banyak sekali media untuk dapat memberikan informasi tersebut baik kepada individu / perseorangan (misalkan dengan surat, telephone, sms, fax, e-mail) serta kelompok atau masyarakat luas (misalkan dengan memasangkan iklan atau pengumuman melalui banner di jalan-jalan, televisi, penerbitan buku-buku, dll). Sehingga banyak sekali cara-cara yang variatif dan menarik dalam memberikan informasi agar orang lain mau untuk menggali lebih dalam informasi yang diberikan tersebut.
Pentingnya dan dampak dari sebuah informasi.
Peningkatan kemampuan manusia dalam mendapatkan, menyebarkan, serta mengolah informasi berdampak sistemik terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan. Dari segi waktu yang tersisa banyak akibat pengelolaan informasi yang sangat cepat, manusia dapat menggunakannya untuk mencari informasi yang lainnya atau melakukan aktifitas yang bermanfaat. Manusia pun akan semakin berkembang karena ia mendapatkan informasi yang sebanyak mungkin ia dapatkan. Selanjutnya manusia akan berubah cara berfikirnya, bisa menjadi lebih realistis, mudah beradaptasi, mampu melihat keadaan lingkungan disekitarnya, serta cara pandang wawasan yang lebih luas. Selanjutnya manusia akan terus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya tersebut untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
Namun disisi lainnya manusia bisa terjebak dengan dimudahkannya dalam mendapatkan informasi yang ia inginkan. Manusia akan merasa terlena sehingga tanpa sadar berjalan dalam kelalaiannya sendiri. Selain itu informasi yang bersifat negatif pun bila tidak difilter dan langsung diterima begitu saja maka akan menyebabkan berdampak buruk bagi seseorang. Informasi tersebut akan merubah cara pandang, gaya hidup, pergaulan, serta kebiasaan yang berbeda dan dianggap aneh bagi orang lain disekitarnya karena bisa jadi berbenturan norma-norma atau nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Informasi-informasi yang terlalu banyaknya akan masuk dan terlalu mudah diakses ini akan mampu merubah kepribadian seseorang. Dalam kehidupan nyata dimasyarakat remajalah yang akan sangat mudah terpengaruh atas informasi yang masuk kepadanya. Alasannya klasik yakni karena remaja dianggap sebagai seseorang yang masih mencari jati dirinya. Bila informasi yang diterima berdampak positif hal ini tentu menjadi harapan dari penemuan dan pengembangan dari sebuah teknologi, namun bila sebaliknya akan sangat merugikan sekali akibatnya. Remaja akan kehilangan jati diri yang telah tertanam dari para leluhurnya. Bila setiap remaja seperti demikian maka sebuah generasi akan kehilangan jati diri bangsanya masing-masing. Walaupun perlu waktu yang panjang untuk melihat hal tersebut, namun dampak ini telah terlihat bahkan mulai dominan di dalam masyarakat.
Informasi dapat merubah nilai-nilai yang ada didalam masyarakat.
Sebuah nilai-nilai kehidupan masyarakat yang telah lama tertanam didalam sebuah masyarakat merupakan warisan turun-temurun dari para leluhurnya. Sebagai contoh masyarakat Indonesia sejak dahulu nenek moyangnya telah terkenal dengan budaya bangsa yang agak ketimur-timuran, Hal ini tercermin dari cara berpakaian yang tertutup dan rapi, tutur kata yang santun, ramah tamah, serta memiliki semangat untuk bergotong-royong.
Seiring berjalannya kemajuan teknologi dalam mengembangkan informasi yang mudah diakses dari banyaknya macam media, secara perlahan-lahan berbagai informasi yang begitu derasnya tak tertampung masuk kedalam masyarakat Indonesia, sehingga merubah paradigma berfikir dan menggeser nilai-nilai yang ada dengan tren atau kebiasaan orang diluar masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai tadi berubah menjadi budaya yang biasa dibilang dengan budaya kebarat-baratan. Perlahan tapi pasti kebiasaan dan semangat-semangat yang dahulu mulai berubah. Dahulu seorang wanita akan malu bila berpakaian yang terlalu terbuka auratnya, serba ketat dan mini. Namun pandangan tersebut berubah, bila sekarang dengan sedikit ledekan atau cibiran seorang wanita akan malu bila ia terlihat mengenakan pakaian yang rapi, sopan dan serba tertutup.
Ini merupakan salah satu contoh dari sebuah indikator bagaimana informasi mampu menggeser serta merubah nilai-nilai yang telah lama tertanam di sebuah mayarakat. Tentunya ini merupakan dampak negatif. Mungkin salah satu solusinya adalah bagaimana masyarakat mampu untuk memilah-milah informasi-informasi yang mereka terima tanpa begitu saja.
Perlu diperhatikan kembali bahwa didalam sebuah masyarakat generasi mudalah yang sangat rentan terkena dampak negatif ini. Kebiasaan-kebiasaan yang dianggap “negatif” karena diluar nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat itu, bila telah terbiasa dilakukan semenjak dini akan menjadi sulit untuk dikembalikan lagi. Dan berdampak kepada generasi selanjutnya.

Kesimpulan 
Dari semua materi di atas saya selaku penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa, Ilmu Budaya berpengaruh dalam sistem informasi, Membentuk kita dalam bertindak, bertingkah laku, dan berfikir. Suatu komponen budaya yang mempengaruhi adalah interpersonal trust yang terdiri dari minat pribadi, kemampuan, rasa empati, serta sikap percaya kepada sistem. Agar kita dapat mengoptimalkan informasi dengan baik dan benar
.


Nama : Dealfy Rangga Junifhar
NPM : 12113074
Kelas : 1 KA 40 Kalimalang
Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Jurusan : Sistem Informasi